Pengertian Globalisasi
Pengertian globalisasi dapat
dibedakan atas dua hal yaitu :
1)
Sebagai Alat
Globalisasi
merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi.
Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif apabila
dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga dapat mengandung
hal-hal negatif bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung
siapa yang menggunakan dan apa tujuannya.
2)
Sebagai Ideologi
Globalisasi
sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya
sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu kepentingan
sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju.
Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a)
Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti
TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita dapat berhubungan dengan
dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita dapat menyaksikan hiburan porno
dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat
konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala macam film kartun dan
film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun dapat dengan mudah
terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron-sinetron kita
(terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari 90% menebar
nilai-nilai negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus
disadari pula bahwa televisi juga banyak menayangkan program-program pengajian,
ceramah, diskusi, dan berita yang mengandung nilai positif bahkan agamis.
Adegan kekerasan (violence) akan lebih berkesan di benak anak-anak
dibandingkan dengan petuah agama.
b)
Tantangan
Pengaruh globalisasi yang
memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama yang tidak menyebabkan
benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras, menghargai orang
lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang baik
dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima, sebaliknya yang
buruk kit atolak.
D.
Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap dalam
merespons globalisasi.
1.
Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua
pengaruh barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap kebudayaan barat
sebagai musuh.
2.
Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role model”
untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.
3.
Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima
atau menolak kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan barat selama
tidak harus mengorbankan agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada.
Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan
kebudayaan yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut,
akhirnya kita dapat menentukan sikap sebagai berikut :
a.
Aspek-aspek positif yang diterima
1)
Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat
dalam ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi, transportasi, dan
informasi akan dapat menebus batas-batas wilayah, budaya dan waktu. Di era
globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai sosial
budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif wajib
kita terima, seperti kerja keras, disiplin, kejujuran, penghargaan terhadap
karya atau kerja orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguhan, tanggung
jawab, law enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama.
Nilai-nilai yang diterima akan diserap sehingga memperkaya budaya kita.
2)
Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jauh dari negara-negara yang
telah maju. Justru era globalisasi ini merupakan peluang baik untuk dapat
menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan dapat bersaing (berkompetisi)
dalam menghasilkan barang-barang yang berkualitas dengan harga murah.
3)
Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah,
menyerah, ketergantungan, kongkow-kongkow, dan
santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin dalam segala
hal, serta menghargai dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci
kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan bangsa, bangsa yang maju pasti
mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh negara Jepang, Korea, Hongkong,
dan Singapura.
4)
Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas
adalah kunci, seperti AFTA (Asean Free Trade Agreement) atau perjanjian kawasan
perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan APEC (Asian Pacific
Economy Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di tahun
2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita menghadapi era liberalisme
perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan tetap survive (hidup) akan
dicukupi dari produksi luar negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung
sepenuhnya pada bangsa kita.
5)
Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era
globalisasi adalah keharusan untuk berhubungan dengan bangsa lain. Kita akan
dihadapkan dengan berbagai ideologi bangsa lain, seperti separatisme. Oleh
sebab itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian Pancasila melalui
sejarah. Pancasila merupakan ideologi nasional, pandangan hidup bangsa
(falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus dipertahankan. Sejarah telah
membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan membawa bencana bagi bangsa
dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme) dan pada tahun
1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6)
Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan
membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan akan membawa kehancuran terhadap
negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman, damai, tentram dan
sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi yang akan menimbulkan benturan dan
gesekan dengan budaya lain, seperti individualistis, sekularisme, dan gaya
hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh sebab itu kita harus waspada, kita
harus dapat mengatasi setiap hambatan, ancaman, gangguan, dan tantangan.
b.
Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada era
globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak memiliki lagi batas-batas wilayah,
waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana, terjadi juga di sini dalam waktu
yang sama dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu pilihan, menerima
atau menolak. Dalam menentukan pilihan wajib mempunyai filter (penyaring),
yaitu agama (iman), Pancasila, norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa.
Apabila tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak bangsa kita.
1)
Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan
dan saling mempengaruhi antar nilai budaya tidak mungkin dihindari. Apabila
kita bertahan, maka akan menimbulkan sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif,
dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita berperan aktif berarti
akan menghasilkan keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita dapat bersikap
akomodatif terhadap hal-hal yang masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada karena
imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akibat prosesnya yang lama dan
apabila sudah termakan akan menghilangkan nilai-nilai dan identitas bangsa.
2)
Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan
teknologi dari dunia barat memang lebih maju daripada yang kita miliki. Namun
kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai dengan norma-norma,
kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah penerapannya akan berdampak
negatif terhadap lingkungan dan menimbulkan
pengangguran? Semua itu perlu pengkajian lebih lanjut.
3)
Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib
kita tolak, meskipun dikatakan “modern”, seperti pengaruh model pakaian,
rambut, makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang halal atau yang haram.
4)
Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi
adalah adanya kompetisi (persaingan) secara sehat, artinya berdasarkan
peraturan yang berlaku. Kompetisi dapat berlaku dalam kualitas, harga (murah),
dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi
pengelompokan perusahaan, yang kuat dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak
baik akan mati (gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial yang
semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan sosial berdasarkan UUD
1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai. Pertanyaan adalah kemana perekonomian
Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5)
Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di
bidang ideologi (politik) dalam era globalisasi, karena maraknya paham-paham
lain masuk ke bumi Indonesia, seperti liberalisme, komunisme, sekularisme,
individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi asing tersebut tentu
bertentangan dengan ideologi Pancasila yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain
sebagainya.
6)
Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa
budaya kekerasan dan tindakan kejahatan yang makin meningkat, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan agama perlu kita tingkatkan
pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam segi pengetahuan, tetapi lebih
menekankan pada pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.
Referensi :
Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan Globalisasi –
Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar